.....selamat datang di blog surnanto, semoga bermanfaat.....

Selasa, 04 November 2014

Perkembangan Historiografi Sejarah Islam

Pendahuluan
Penulisan kisah sejarah bukanlah sekedar menyusun dan merangkai fakta-Fakta Hasil penelitian, melaikan juga menyampaikan pendirian dan pekiran Melalui interpretasi Sejarah berdasarkan hasil penelitian.
Dalam perkembangan selanjutnya penulisan sejarah mengalami Kemajuaan, yaitu Dengan munculnya gagasan baru dalam penulisan sejarah. Setelah Indonesia merdeka Sejarah sudah menjadi ilmu yang wajib dipelajari dan Diteliti kebenarannya teori dan Metode yang modern. Hal ini disebabkan nation Bulding, yaitu sejarah nasional akan Mewujudkan kristalisasi identitas bangsa , Serta memperbudayakan ilmu sejarah dalam Masyarakat Indonesia yang menuntut Pertumbuhan rakyat, meningkatkan kesejahteraan Sejarah tentang perkembangan Bangsa-bangsa.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Penulisan Sejarah Pasca Ibn Ishaq?
2.      Apa Saja corak-corak Penulisan Karya-karya para Sejarahwan kita?
3.      Mengapa Metode Hawliyat Menjadi Lemah?
4.      Bagaimana Perkembangan Laggam Bahasa dalam Karya?

PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Penulisan Sejarah Paska Ibn Ishaq
Sebagaimana telah di sebutkan, perkembangan penulisan sejarah dalam islam tidak dapat di pisahkan dari perkembangan budaya secara umum.[1] Puncak dari perkembangan budaya Itu terjadi pada masa dinasti Abbasyiyah, Tepat nya pada abad ke 9 dan ke 10M.
Setelah aliran-aliran penulisan sejarah di masa awal islam memisahkan Didalam Karya-karya sejarah Ibn Ishaq, Al-Waqidi, dan Muhammad Ibn Sa’d, Para sejawahwan Baesar islam semakin banyak barmunculan. Dalam Perjalanan ilmiah itu, terjadi dialog Intelektual antara satu aliran dengan aliran Lain, dan disamping banyak masukan-masukan Wawasan yang mereka Peroleh dari pengalaman pengembaraan intelektual itu. Hal ini Semakin Mendorong perkembangan penulisan sejarah. Corak penulisan secara bukanya Menjadi satu, justru menjadi beragam. Dengan ringkas dapat dikatakan, pada Masa Suburnya penulisan sejarah ini, ragam bahasa digunakan   dalam Penulisan sejarah Semakin beragam, corak dan tema sejarah semakin banyak, Dan metodologi penelitian Dan kritik secara semakin komleks. Diantara Sejarahwan  itu adalah sebagai berikut :

1.      Ibn Qatadah al-Dinawari ( w. 276 H/ 889 M)
Pada masa Dinasti Bani Abbas, sejarahwan muslim mulai manulis Sejarah umum, Terpengaruh oleh contoh-contoh kitab-kitab sejarah persia Seperti di terjemahkan oleh Ibn Al-Muqaffa’ (w. 140 H/757 M), yaitu Kitab Siyar Muluk al-‘Ajam ( buku tentang Biografi raja-raja persia).  Buku sejarah umum yang tertua adalah karya Ibn Qatadah al-Dinawari ( W. 276 H/ 889 M), yaitu Uyun al-Akhbar. Namun dia juga menulis karya Sejarah yang bukan yang merupakan sejarah umum, seperti Thabaqat al-Syu’ara’ (Tingkatan para penyair). Karya-karyanya berjumlah sekitar 46 Buku itu, diantaranya Disamping yang sudah disebutkan diatas adalah Kitab al-Ma’araif  ( Buku tentang Pengetahuan) dan al-Imamah wa al-Siyasah,( kepemimpian dan politik)[2]

2.      Al-Ya’qubi ( Wafat di Mesir pada tahun 284/897 M)
Penulis yang sezaman dengan Ibn Qatadah al-Dinawari di atas Adalah Ahmad Ibn Abi Ya’qub Ibn Wadhi yang dikenal dengan nama al-Ya’qubi ( Wafat di Mesir pada tahun 284/897 M). Dia adalah seorang Sejarahwan penggembara, yang hidup di Baghdad pada Masa Pemerintahan khalifa Abbasiyahan, al-Mu’tamid (870-892). Nama Lengkapnya Adalah Ahmad bin Abi ya’qub Ishak bin Ja’far bin Wahhab Bin Wadhih, dan dikenal Dengan nama Al-Ya’qubi.
Dia menggarang buku kitab al-Bulda ( Buku Negeri-negeri). Pada Tahun 891 di Mesir. Al-Ya’qubi juga menulis buku sejarah lam yang Dikenal dengan nama Tarikh al-Ya’qubi, 2 jilid. Jilid pertama berisi Sejarah dunia kuno, yakni peristiwa-peristiwa yang Berhubungan dengan Penciptaan alam, Nabi Adam as. Dan putra-putranya, Nabi Nuh as Dan Peristiwa banjir besar, kemudian sejarah Nabi-nabi sampai dengan Nabi Isa as. Jilid Kedua berisi sejarah islam, yang disusun berdasarkan urutan Para khalifa, sampai tahun 259 H, pada masa pemberintahan al-Mu’tamid ( 257-279 H/ 870-892 M). Iya Mengawalinya dari kelahiran, riwayah Hidup ( al-Sirah ), serta perang ( al-Maghazi dan al-Saraya ). Nabi Muhammad saw., dan baru kemudian baru tentang khalifa.
Di samping dua buku diatas, dia juga meninggalkan sebuah karya Singkat berjudul Musyakalat al-Nas li Zamanihim ( kesamaan manusia Pada masa mereka). Buku ini Membahas bagaimana masyarakat berusaha Mengikuti dan mencontoh kehidupan para Pengguasa, terutama tentang Para khalifa Bani Umayyah dan Bani Abbas.
3.      Al-Baladzuri ( w. 279 H/ 892 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Ahmad bin Yahyah bin Jabir Bin Daud al-Baladzuri. Ia dilahirkan di Baghdat pada akhir abad ke-2 H. Muhammad Ibn Sa’ad adalah Seorang gurunya. Sejak usia muda dia sudah Menggembara untuk menuntuk ilmu di Beberapa Negeri  Islam. Hal Penggembaraannnya ini dapat dilihat dari sumber-sumber Pengambilan Riwayat sejarah didalam kitabnya Kitab Futuh al-Buldan ( Buku Pembukaan Negeri-negeri ). [3] Ia pergi ke Damaskus, Homs, dan Antakia.
Dia dapat dikatakan sebagai seorang sejarahwan istana. Hubungannya dengan khalifa Al-Mutawakkil (khalifah Abbasyah, Memerintah tahun 232-247 H/ 847-861 M) sangat Dekat. Khalifa Abbasyah berikutnya al-Mu’tazz ( memerintah tahun 252-256 H/ 866-869 M), bahkan menggatnya sebagai pendidik putranya yang bernama Abbdullah.
Sebagai seorang ilmuan produktif, dia meninggalkan banyak karya, Diantaranya kitab Al-Buldan al-Saghir ( Buku Kecil Negeri-negeri ), Kitab Al-Buldan al-Kabir ( Buku Besar Negeri-negeri ) yang belum selesai, Kitab al-Akhbar wa al-Ansab ( Buku Sejarah Dan Silsilah / Geneologi ), Kitab an-Ansab al- Asyraf  ( Buku Silsilah para Syarif ), dan Kitab Futuh Al-Buldan. Di samping menggarang beberapa buku, ia juga Menerjemahkan Sebuah buku berbahasa Persia ke dalam bahasa Arab Dalam bentuk Syair, yang dalam Bahasa Arab yang berjudul ‘Ahd Ardasyir (masa Ardasyir).
Buku nya kitab Futuh al-Buldan membahasa sejarah ekspansi Islam ke Negeri-negeri Timur dan Barat. Metodi sejarahnya dapat dilihat Pada sistem matika penulisan Kitab Futuh al-Buldan. Ia tidak lagi Menggunakan metode Hawliyat ( peneulisan sejarah Berdasarkan urutan Tahun kejadian ), melinkan pendekatan tematik, yaitu berdasarkan Wilayah ( Negeri ). Ia memulai pembahasan dengan Negeri-negeri yang Ditaklukan pada Zaman Nabi Muhammad saw.
Dalam membicarakan setiap Negeri yang dimasuki Islam, Pembahsan dilanjutkan Sampai kemassa hidupnya, dengan tetap Memperhatikan faktor kronologi dan kadang-Kadang menggabungkanya Dengan metode Isnad  ( Metode periwayatan ).

4.      Abu Hanifah al-Dinawari ( w. 282 H-895 M )
Nama lengkapnya ialah Abu Hanifah Ahmad bin Daud bin Wathad Al-Dinawari al-Nahwi. Ia banyak meninggalkan karya tulis dalam Berbagai displin ilmu. Karyanya dalam Bidang sejarah adalah Kitab al-Akhbar al-Thiwal ( Buku sejarah panjang ) dan Kitab al-Buldan ( Buku Negeri-negeri ). Para sejarawan sangat memujanya dan karya-karyanya.[4]
Didalam Kitab al-Akhbar al-Thiwal ( Buku Sejarah Panjang ), ia Pertama-tama Bercerita tentang kisah anak-anak Adam, para Nabi, sampai Ke Nabi Ismail, secara Ringkas. Dalam membicarakan ekspansi Islam ke Tersia itu, ia secarah rinci menyebutkan urutan-urutan peristiwa sampai Terbunuhnya Raja Persia yang terakhir Khusrah Yasdajird 111 pada tahun 30 H.
Al-Dinawari tidak menyebutkan sumber penggambilan (Pengutipan). Informasi-Informasi sejarah yang ditulisnya didalam Kitabnya itu, karena berbeda dengan Sejarahwan semassa dengannya, ia Tidak menggunakan metode Isnad, dan tidak pula Menyebutkan buku-Buku yang dikutipnya.
Ketika pembahas sejarah khalifah Harun al-Rasyid, ia sedikit Menyimpang dari Metode penulisan yang digunakannya didalam buku ini, Yaitu ia menghimpun pristiwa-Pristiwa yang terjadi dan yang disusunya Berdasarkan tahun.
5.      Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al-Thabari ( w. 310 H/ 922 M ) dan al-Mas’udi ( w. 957 M )[5]
Al-Thabari adalah seorng sejarahwan besar muslim yang juga ahli Dalam ilmu-ilmu tafsir, Qiraat, hadis dan fiqh. Sebagai penulis produktif Dia menulis banyak buku dalam Berbagai displin tersebut.[6]
Karya sejarahnaya berjudul Tarikh al-Rusul wa al-Muluk ( Sejarah Para Rusul dan Para Raja ) dan Tarikh al-Rijal ( Sejarah Para Tokoh ). Dalam Kitabnya yang pertama, dia Memulai sejarah dengan para Rasol Dan Raja-raja dengan mengetengahkan sejarah Nabi Adam dan Nabi -nabi Dan sistem pemerintahan mereka.
Adapun yang berkenaan dengan al-Mas’ud, Kitabnya yang terkenal Adalah Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin al-Jawhar dan al-Tanbih wa al-Isyarf. Berbeda dari kitab-kitab Sejarah yang lain, dalam Kitabnya yang Pertama termuat juga sejarah Hindu ( Hindia), Persia, Romawi, dan Yahudi. Sedangkan Kitabnya yang kedua berisi pendapat-pendapat filsafat Sejarah dan hubungan-hubungan antara hewan, tumbuh-tumbuhan dan Tambang. Didalam nya juga terdapat sejarah klasik, sejarah Islam, dan Negeri-negeri lain.
B.   Perkembangan Corak Penulisan Sejarah
Mulai dari massa awal pertumbuhan Histriografi Islam hinga massa Munculnya Sejarahwan-sejarahwan besar tersebut diatas, corak penulisan Sejarah dalam karya-karya Sejarah mereka dapat dikelomokan menjadi tiga Bagian yaitu corak Khabar, corak Hawliyat ( kronologi berdasarkan tahun ), Dan corak Mawdhu’iyat ( tematik ).

1.      Khabar
Sejarahwan muslim pada mulanya menulis sejarah disandarkan Pada riwayat, yang Sebagaimana dalam penulisan hadits, dengan Menggunakan sanad. Beberapa ciri Berkenaan dengan riwayat-riwayat Itu[7] :
a.       Antara satu riwayat dan riwayat lain tidak ada hubungan, masing-masing Berdiri sendiri-Sendiri.
b.      Riwayat itu ditulis dalam bentuk cerita ( kisah ) yang biasanya dalam bentuk dialog.
2.      Hawliyat
Kalau sebelumnya para sejarahwan Isalm menulis peristiwa-Peristiwa sejarah itu secara Acak dan tidak berurutan ( kronologi ), dalam Perkembangan seterusnya para sejarahwan Kemudian menggunakan dua Metode penulisan,  yaitu : metode penulisan sejarah Berdasarkan urutan Tahun  ( al-Tarikh al-Hawli, atau al-Tarikh ‘ala al-Sinin, atau yang Lebih Singkat Hawliyat, annalistic form dan metode penulisan sejarah Berdasarkan tema ( Tematik )[8]
                                    Yang di maksudkan dengan halwiyat, adalah metode penulisan Sejarah yang Menggunakan pendekatan tahun demi tahun. Dalam metode Ini, bermacam-macam Peristiwa yang banyak yang terjadi pada tahun Tertentu dihubungkan dengan kata Wafiha(dan pada tahun ini juga).
At-thabari, salah seorang tokoh dan rujuknya sejarawan islam, oleh Banyak Pemerhati histografi Islam sering di pandang sebagai sejarawan Muslim yang pertama Menghasilkan metode hawiliyat; yang menulis Didalam karya sejarah nya Tarikh al-Rusul Wal al-Muluk (sejarah para Rosul dan para raja) yamg juga di kenal dengan dengan judul Lain Tarikh Al-Umam wa al-muluk.namun rosenthalmeragukan bahwa al-thabari Adalah Sejarawan pertama yang menggunakan metode hawliyat dalam Menulis sejarah.
Menurut Rosenthal, At Thabari bukanlah sejarahwan pertama yang Menggunakan Metode hawliyah[9], hal ini terjadi setelah Rosenthal Memahami buku milik Muhammad Ibn yazdad yang telah menggunakan Metode halwiyah.
Metode hawiyah seperti itu masuk pertama kali dan di pergunakan Oleh sejarahwan Muslim yang yang pertama melalui hubungan dengan Para ilmuan kristen asal siryani dan Kemudian di susul oleh melalui Bacaan mereka terhadap sumber-sumber ahli yunani Secara Langsung.singkatnya dalam pandangan Rosenthal sejarawan muslim Mendapat Insfirasi dalam metode halwiyah dalam penulisan sejarah dan Sejarah Yunani dan Siryani,Padahal menurut Abd  al-Aziz salim karya-Karya tulis Yunani dan Siryani belum Mempengaruhi sejarahwan muslim Apa yang mereka kutip dari mereka terbatas dalam Masalah-masalah yang Berkaitan dengan ilmu filsapat, matematika, falak, geografi, kimi Kedokteran, dan obat-obatan.
3.      Kritik tehadap metode halwiyat dan munculnya corak tematik
Metode halwiyah mengandung kelemahan karna itu memutus Kontinuistas sejarah Yang panjang yang saling berhubungan dan Berkelanjutan dalam beberapa tahun.sejarah Yang memakai metode Seperti ini tidak menyebutkan peristiwa- peristiwa sejarah kecuali Yang Terjadi pada tahun bersangkutan dan berkelanjutan pada tahun-tahun Berikutnya, Maka peristiwa itu terpisah-pisah, informasih yang terpisah-Pisah itu kemudian di Gabungkan dengan peristiwa-peristiwa lain yang Terjadi pada tahun itu.Ibn al-Atsir telah Berusaha menghindarkan diri dari Kelemahan halwiyat. Untuk itu ia menghimpun unsur-Unsur peristiwa yang berkelanjutan dalam beberapa tahun, dan menghubungkan bagian-Bagian dalam satu tahun tertentu dalam satu tema sehingga peristiwa itu Menjadi jelas Dan dapat di pahami.di samping itu juga ibn al Atsirsangat Memperhatikan kemudahan Bagi para pembaca, yaitu dengan memberikan Judul bagi peristiwa-peristiwa yang Menggambarkan isinya. Penulis besar Lainnya,syihaib al-Din Ahmad ibn ‘Abd al-Wahhab Al-Nuwayri (w.732 H)10,juga mengeritik metode hauliyat dan menulis sejarah Berdasarkan Tema.
C.    Perkembangan langgam Bahasa dalam karya sejarah
Kalau dari segi tekhnik penulisan (al-thariqah), penulisan sejarah Terus mengalami Perkembangan, dalam bidang laggam bahasa ia juga Mengalami perkembangan.pada Mulanya karya-karya sejarah, sebagian Besarnya, menghimpun khabar-khabar itu dalam Bentuk kalimat-kalimat Pendek yang kering, yang tidak berkaitan satu sama lainnya. Pada Masa yang Lebih akhir tulisan-tulisan sejarah banyak di rasupi oleh kata-kata asing atau Logat-logat daerah tertentu.karna pada abad ke -9dan 10 H, logat-logat Daerah semakin Banyak di temui.

KESIMPULAN

Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai Daulat (negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah ketika berada di bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulat Abbasiyah. Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan Penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas),
Sejalan dengan berdirinya Dinasti Abbasyiah, ada beberapa kemajuan Yang dicapai oleh Dinasti ini, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang Sosial. Selain itu juga setiap Dinasti bukan hanya mencapai kemajuan, tapi juga Mendapat sebuah kehancuran.   

[1] Abd al-aziz Duri, Al-Bahis fi Nasy’ah Tlm al-Tarikh ‘ind al-‘Arab, ( Beirut: 1960), h.13
[2] Sayyidah Ismail Kasyif, Mashadir al-Tarikh al-Islami wa Manahij al-Bathts Fih, ( Kairo: Maktabah al-Khanji, Tanpa tahun), h.31. Tentang karya-karyanya lihat Ibn al-Nadim,al-Firhrasat.
[3] Lihat al-Baladzuri, Futuh al-Buldan, ( Beirut: Dar al-kutub al-‘ilmiyyah, Tanpa tahun). Tentang riwayat hidupnya baca Ridhwan Muhammad Ridhwan, ‘’ Hayat al-Baladzuri’’, dalam ibid
[4] Margoliouth, Lectures on Arabic Historyal, ( Delhi : Idarah-i adabiyyat-i Delli,1977), h. 112 dst.
[5] Kedua sejarahwan besar muslim ini secara lebih detail akan dibahas khusu pada bab berikut.
[6]  ‘Muqaddimah al-Nasyir’’ ( Pengantar Penerbit ), dalam al-Thabari, Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, ( Dar al-Fikr, Tanpa tahun ), H. 16
[7]  ‘Abd al-Aziz Salim, al- Tarikh wa al-mu’arrikhun al-‘Arab, ( Beirut : Dar al- Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1986), h 75; Franz Rosenthal, History of muslim Histotiography, ( Leiden: E. J. Brill,1968), h. 66-71
[8] Abd al-Aziz Salim, op.cit., h. 82
[9] Franz Rosenthal, op. Cit, ( Leiden: E.J. Brilln, 1968 ), h. 102 dan seterrusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar