Pendahuluan
Penulisan kisah sejarah bukanlah sekedar
menyusun dan merangkai fakta-Fakta Hasil penelitian, melaikan juga menyampaikan
pendirian dan pekiran Melalui interpretasi Sejarah berdasarkan hasil
penelitian.
Dalam perkembangan selanjutnya penulisan
sejarah mengalami Kemajuaan, yaitu Dengan munculnya gagasan baru dalam
penulisan sejarah. Setelah Indonesia merdeka Sejarah sudah menjadi ilmu yang
wajib dipelajari dan Diteliti kebenarannya teori dan Metode yang modern. Hal
ini disebabkan nation Bulding, yaitu sejarah nasional akan Mewujudkan kristalisasi
identitas bangsa , Serta memperbudayakan ilmu sejarah dalam Masyarakat
Indonesia yang menuntut Pertumbuhan rakyat, meningkatkan kesejahteraan Sejarah
tentang perkembangan Bangsa-bangsa.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Penulisan Sejarah Pasca Ibn Ishaq?
2.
Apa
Saja corak-corak Penulisan Karya-karya para Sejarahwan kita?
3.
Mengapa
Metode Hawliyat Menjadi Lemah?
4.
Bagaimana
Perkembangan Laggam Bahasa dalam Karya?
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Penulisan Sejarah Paska Ibn
Ishaq
Sebagaimana
telah di sebutkan, perkembangan penulisan sejarah dalam islam tidak dapat di
pisahkan dari perkembangan budaya secara umum.[1] Puncak dari perkembangan
budaya Itu terjadi pada masa dinasti Abbasyiyah, Tepat nya pada abad ke 9 dan
ke 10M.
Setelah
aliran-aliran penulisan sejarah di masa awal islam memisahkan Didalam Karya-karya
sejarah Ibn Ishaq, Al-Waqidi, dan Muhammad Ibn Sa’d, Para sejawahwan Baesar
islam semakin banyak barmunculan. Dalam Perjalanan ilmiah itu, terjadi dialog Intelektual
antara satu aliran dengan aliran Lain, dan disamping banyak masukan-masukan Wawasan
yang mereka Peroleh dari pengalaman pengembaraan intelektual itu. Hal ini Semakin
Mendorong perkembangan penulisan sejarah. Corak penulisan secara bukanya Menjadi
satu, justru menjadi beragam. Dengan ringkas dapat dikatakan, pada Masa Suburnya
penulisan sejarah ini, ragam bahasa
digunakan dalam Penulisan sejarah Semakin beragam, corak
dan tema sejarah semakin banyak, Dan metodologi penelitian Dan kritik secara
semakin komleks. Diantara Sejarahwan itu
adalah sebagai berikut :
1.
Ibn Qatadah al-Dinawari ( w. 276 H/ 889 M)
Pada
masa Dinasti Bani Abbas, sejarahwan muslim mulai manulis Sejarah umum, Terpengaruh
oleh contoh-contoh kitab-kitab sejarah persia Seperti di terjemahkan oleh Ibn
Al-Muqaffa’ (w. 140 H/757 M), yaitu Kitab Siyar
Muluk al-‘Ajam ( buku tentang Biografi raja-raja persia). Buku sejarah umum yang tertua adalah karya
Ibn Qatadah al-Dinawari ( W. 276 H/ 889 M), yaitu Uyun al-Akhbar. Namun dia juga menulis karya Sejarah yang bukan
yang merupakan sejarah umum, seperti Thabaqat
al-Syu’ara’ (Tingkatan para penyair). Karya-karyanya berjumlah sekitar 46 Buku
itu, diantaranya Disamping yang sudah disebutkan diatas adalah Kitab al-Ma’araif ( Buku tentang Pengetahuan) dan al-Imamah wa al-Siyasah,( kepemimpian
dan politik)[2]
2.
Al-Ya’qubi ( Wafat di Mesir pada tahun 284/897 M)
Penulis
yang sezaman dengan Ibn Qatadah al-Dinawari di atas Adalah Ahmad Ibn Abi Ya’qub
Ibn Wadhi yang dikenal dengan nama al-Ya’qubi ( Wafat di Mesir pada tahun 284/897
M). Dia adalah seorang Sejarahwan penggembara, yang hidup di Baghdad pada Masa
Pemerintahan khalifa Abbasiyahan, al-Mu’tamid (870-892). Nama Lengkapnya Adalah
Ahmad bin Abi ya’qub Ishak bin Ja’far bin Wahhab Bin Wadhih, dan dikenal Dengan
nama Al-Ya’qubi.
Dia
menggarang buku kitab al-Bulda ( Buku
Negeri-negeri). Pada Tahun 891 di Mesir. Al-Ya’qubi juga menulis buku sejarah
lam yang Dikenal dengan nama Tarikh al-Ya’qubi, 2 jilid. Jilid pertama berisi Sejarah
dunia kuno, yakni peristiwa-peristiwa yang Berhubungan dengan Penciptaan alam,
Nabi Adam as. Dan putra-putranya, Nabi Nuh as Dan Peristiwa banjir besar,
kemudian sejarah Nabi-nabi sampai dengan Nabi Isa as. Jilid Kedua berisi
sejarah islam, yang disusun berdasarkan urutan Para khalifa, sampai tahun 259
H, pada masa pemberintahan al-Mu’tamid ( 257-279 H/ 870-892 M). Iya Mengawalinya
dari kelahiran, riwayah Hidup ( al-Sirah ),
serta perang ( al-Maghazi dan al-Saraya ). Nabi Muhammad saw., dan
baru kemudian baru tentang khalifa.
Di
samping dua buku diatas, dia juga meninggalkan sebuah karya Singkat berjudul Musyakalat al-Nas li Zamanihim (
kesamaan manusia Pada masa mereka). Buku ini Membahas bagaimana masyarakat
berusaha Mengikuti dan mencontoh kehidupan para Pengguasa, terutama tentang Para
khalifa Bani Umayyah dan Bani Abbas.
3.
Al-Baladzuri ( w. 279 H/ 892 M)
Nama
lengkapnya adalah Abu Ja’far Ahmad bin Yahyah bin Jabir Bin Daud al-Baladzuri.
Ia dilahirkan di Baghdat pada akhir abad ke-2 H. Muhammad Ibn Sa’ad adalah Seorang
gurunya. Sejak usia muda dia sudah Menggembara untuk menuntuk ilmu di Beberapa
Negeri Islam. Hal Penggembaraannnya ini
dapat dilihat dari sumber-sumber Pengambilan Riwayat sejarah didalam kitabnya
Kitab Futuh al-Buldan ( Buku Pembukaan
Negeri-negeri ). [3]
Ia pergi ke Damaskus, Homs, dan Antakia.
Dia
dapat dikatakan sebagai seorang sejarahwan istana. Hubungannya dengan khalifa Al-Mutawakkil
(khalifah Abbasyah, Memerintah tahun 232-247 H/ 847-861 M) sangat Dekat.
Khalifa Abbasyah berikutnya al-Mu’tazz ( memerintah tahun 252-256 H/ 866-869
M), bahkan menggatnya sebagai pendidik putranya yang bernama Abbdullah.
Sebagai
seorang ilmuan produktif, dia meninggalkan banyak karya, Diantaranya kitab Al-Buldan al-Saghir ( Buku Kecil
Negeri-negeri ), Kitab Al-Buldan al-Kabir ( Buku Besar Negeri-negeri ) yang belum
selesai, Kitab al-Akhbar wa al-Ansab
( Buku Sejarah Dan Silsilah / Geneologi ), Kitab
an-Ansab al- Asyraf ( Buku Silsilah
para Syarif ), dan Kitab Futuh Al-Buldan.
Di samping menggarang beberapa buku, ia juga Menerjemahkan Sebuah buku
berbahasa Persia ke dalam bahasa Arab Dalam bentuk Syair, yang dalam Bahasa
Arab yang berjudul ‘Ahd Ardasyir
(masa Ardasyir).
Buku
nya kitab Futuh al-Buldan membahasa
sejarah ekspansi Islam ke Negeri-negeri Timur dan Barat. Metodi sejarahnya
dapat dilihat Pada sistem matika penulisan Kitab
Futuh al-Buldan. Ia tidak lagi Menggunakan metode Hawliyat ( peneulisan sejarah Berdasarkan urutan Tahun kejadian ),
melinkan pendekatan tematik, yaitu berdasarkan Wilayah ( Negeri ). Ia memulai
pembahasan dengan Negeri-negeri yang Ditaklukan pada Zaman Nabi Muhammad saw.
Dalam
membicarakan setiap Negeri yang dimasuki Islam, Pembahsan dilanjutkan Sampai kemassa
hidupnya, dengan tetap Memperhatikan faktor kronologi dan kadang-Kadang
menggabungkanya Dengan metode Isnad ( Metode periwayatan ).
4.
Abu Hanifah al-Dinawari ( w. 282 H-895 M )
Nama
lengkapnya ialah Abu Hanifah Ahmad bin Daud bin Wathad Al-Dinawari al-Nahwi. Ia
banyak meninggalkan karya tulis dalam Berbagai displin ilmu. Karyanya dalam Bidang
sejarah adalah Kitab al-Akhbar al-Thiwal (
Buku sejarah panjang ) dan Kitab
al-Buldan ( Buku Negeri-negeri ). Para sejarawan sangat memujanya dan
karya-karyanya.[4]
Didalam
Kitab al-Akhbar al-Thiwal ( Buku Sejarah
Panjang ), ia Pertama-tama Bercerita tentang kisah anak-anak Adam, para Nabi, sampai
Ke Nabi Ismail, secara Ringkas. Dalam membicarakan ekspansi Islam ke Tersia itu, ia secarah rinci menyebutkan urutan-urutan
peristiwa sampai Terbunuhnya Raja Persia yang terakhir Khusrah Yasdajird 111
pada tahun 30 H.
Al-Dinawari
tidak menyebutkan sumber penggambilan (Pengutipan). Informasi-Informasi sejarah
yang ditulisnya didalam Kitabnya itu, karena berbeda dengan Sejarahwan semassa
dengannya, ia Tidak menggunakan metode Isnad,
dan tidak pula Menyebutkan buku-Buku yang dikutipnya.
Ketika
pembahas sejarah khalifah Harun al-Rasyid, ia sedikit Menyimpang dari Metode
penulisan yang digunakannya didalam buku ini, Yaitu ia menghimpun pristiwa-Pristiwa
yang terjadi dan yang disusunya Berdasarkan tahun.
5.
Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al-Thabari ( w. 310 H/
922 M ) dan al-Mas’udi ( w. 957 M )[5]
Al-Thabari
adalah seorng sejarahwan besar muslim yang juga ahli Dalam ilmu-ilmu tafsir,
Qiraat, hadis dan fiqh. Sebagai penulis produktif Dia menulis banyak buku dalam
Berbagai displin tersebut.[6]
Karya
sejarahnaya berjudul Tarikh al-Rusul wa
al-Muluk ( Sejarah Para Rusul dan Para Raja ) dan Tarikh al-Rijal ( Sejarah Para Tokoh ). Dalam Kitabnya yang
pertama, dia Memulai sejarah dengan para Rasol Dan Raja-raja dengan
mengetengahkan sejarah Nabi Adam dan Nabi -nabi Dan sistem pemerintahan mereka.
Adapun
yang berkenaan dengan al-Mas’ud, Kitabnya yang terkenal Adalah Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin al-Jawhar dan
al-Tanbih wa al-Isyarf. Berbeda dari
kitab-kitab Sejarah yang lain, dalam Kitabnya yang Pertama termuat juga sejarah
Hindu ( Hindia), Persia, Romawi, dan Yahudi. Sedangkan Kitabnya yang kedua berisi
pendapat-pendapat filsafat Sejarah dan hubungan-hubungan antara hewan,
tumbuh-tumbuhan dan Tambang. Didalam nya juga terdapat sejarah klasik, sejarah
Islam, dan Negeri-negeri lain.
B.
Perkembangan Corak Penulisan Sejarah
Mulai
dari massa awal pertumbuhan Histriografi Islam hinga massa Munculnya Sejarahwan-sejarahwan
besar tersebut diatas, corak penulisan Sejarah dalam karya-karya Sejarah mereka
dapat dikelomokan menjadi tiga Bagian yaitu corak Khabar, corak Hawliyat ( kronologi
berdasarkan tahun ), Dan corak Mawdhu’iyat
( tematik ).
1.
Khabar
Sejarahwan
muslim pada mulanya menulis sejarah disandarkan Pada riwayat, yang Sebagaimana
dalam penulisan hadits, dengan Menggunakan sanad. Beberapa ciri Berkenaan
dengan riwayat-riwayat Itu[7] :
a.
Antara
satu riwayat dan riwayat lain tidak ada hubungan, masing-masing Berdiri
sendiri-Sendiri.
b.
Riwayat
itu ditulis dalam bentuk cerita ( kisah ) yang biasanya dalam bentuk dialog.
2.
Hawliyat
Kalau
sebelumnya para sejarahwan Isalm menulis peristiwa-Peristiwa sejarah itu secara
Acak dan tidak berurutan ( kronologi ), dalam Perkembangan seterusnya para
sejarahwan Kemudian menggunakan dua Metode penulisan, yaitu : metode penulisan sejarah Berdasarkan
urutan Tahun ( al-Tarikh al-Hawli,
atau al-Tarikh ‘ala al-Sinin, atau yang Lebih Singkat Hawliyat,
annalistic form dan metode penulisan sejarah Berdasarkan tema ( Tematik )[8]
Yang di maksudkan
dengan halwiyat, adalah metode penulisan Sejarah yang Menggunakan pendekatan tahun
demi tahun. Dalam metode Ini, bermacam-macam Peristiwa yang banyak yang terjadi
pada tahun Tertentu dihubungkan dengan kata Wafiha(dan
pada tahun ini juga).
At-thabari,
salah seorang tokoh dan rujuknya sejarawan islam, oleh Banyak Pemerhati
histografi Islam sering di pandang sebagai sejarawan Muslim yang pertama Menghasilkan
metode hawiliyat; yang menulis Didalam
karya sejarah nya Tarikh al-Rusul Wal al-Muluk (sejarah para Rosul dan
para raja) yamg juga di kenal dengan dengan judul Lain Tarikh Al-Umam wa
al-muluk.namun rosenthalmeragukan bahwa al-thabari Adalah Sejarawan pertama
yang menggunakan metode hawliyat
dalam Menulis sejarah.
Menurut
Rosenthal, At Thabari bukanlah sejarahwan pertama yang Menggunakan Metode hawliyah[9],
hal ini terjadi setelah Rosenthal Memahami buku milik Muhammad Ibn yazdad yang
telah menggunakan Metode halwiyah.
Metode
hawiyah seperti itu masuk pertama
kali dan di pergunakan Oleh sejarahwan Muslim yang yang pertama melalui
hubungan dengan Para ilmuan kristen asal siryani dan Kemudian di susul oleh
melalui Bacaan mereka terhadap sumber-sumber ahli yunani Secara Langsung.singkatnya
dalam pandangan Rosenthal sejarawan muslim Mendapat Insfirasi dalam metode halwiyah dalam penulisan sejarah dan Sejarah
Yunani dan Siryani,Padahal menurut Abd
al-Aziz salim karya-Karya tulis Yunani dan Siryani belum Mempengaruhi
sejarahwan muslim Apa yang mereka kutip dari mereka terbatas dalam Masalah-masalah
yang Berkaitan dengan ilmu filsapat, matematika, falak, geografi, kimi Kedokteran, dan obat-obatan.
3.
Kritik tehadap metode halwiyat dan munculnya corak
tematik
Metode
halwiyah mengandung kelemahan karna itu memutus Kontinuistas sejarah Yang panjang
yang saling berhubungan dan Berkelanjutan dalam beberapa tahun.sejarah Yang memakai
metode Seperti ini tidak menyebutkan peristiwa- peristiwa sejarah kecuali Yang
Terjadi pada tahun bersangkutan dan berkelanjutan pada tahun-tahun Berikutnya,
Maka peristiwa itu terpisah-pisah, informasih yang terpisah-Pisah itu kemudian
di Gabungkan dengan peristiwa-peristiwa lain yang Terjadi pada tahun itu.Ibn
al-Atsir telah Berusaha menghindarkan diri dari Kelemahan halwiyat. Untuk itu ia menghimpun unsur-Unsur peristiwa yang
berkelanjutan dalam beberapa tahun, dan menghubungkan bagian-Bagian dalam satu
tahun tertentu dalam satu tema sehingga peristiwa itu Menjadi jelas Dan dapat
di pahami.di samping itu juga ibn al Atsirsangat Memperhatikan kemudahan Bagi
para pembaca, yaitu dengan memberikan Judul bagi peristiwa-peristiwa yang Menggambarkan
isinya. Penulis besar Lainnya,syihaib al-Din Ahmad ibn ‘Abd al-Wahhab Al-Nuwayri
(w.732 H)10,juga mengeritik metode hauliyat dan menulis sejarah Berdasarkan
Tema.
C. Perkembangan langgam Bahasa dalam karya
sejarah
Kalau
dari segi tekhnik penulisan (al-thariqah),
penulisan sejarah Terus mengalami Perkembangan, dalam bidang laggam bahasa ia
juga Mengalami perkembangan.pada Mulanya karya-karya sejarah, sebagian Besarnya,
menghimpun khabar-khabar itu dalam Bentuk
kalimat-kalimat Pendek yang kering, yang tidak berkaitan satu sama lainnya.
Pada Masa yang Lebih akhir tulisan-tulisan sejarah banyak di rasupi oleh
kata-kata asing atau Logat-logat daerah tertentu.karna pada abad ke -9dan 10 H,
logat-logat Daerah semakin Banyak di temui.
KESIMPULAN
Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai
Daulat (negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat
Islamiah ketika berada di bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan
Daulat Abbasiyah. Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang melanjutkan
kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan Penguasa
dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas),
Sejalan dengan berdirinya Dinasti Abbasyiah, ada beberapa kemajuan
Yang dicapai oleh Dinasti ini, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi,
bidang Sosial. Selain itu juga setiap Dinasti bukan hanya mencapai kemajuan,
tapi juga Mendapat sebuah kehancuran.
[1] Abd al-aziz Duri, Al-Bahis fi
Nasy’ah Tlm al-Tarikh ‘ind al-‘Arab, ( Beirut: 1960), h.13
[2] Sayyidah Ismail Kasyif, Mashadir
al-Tarikh al-Islami wa Manahij al-Bathts Fih, ( Kairo: Maktabah al-Khanji,
Tanpa tahun), h.31. Tentang karya-karyanya lihat Ibn al-Nadim,al-Firhrasat.
[3] Lihat al-Baladzuri, Futuh
al-Buldan, ( Beirut: Dar al-kutub al-‘ilmiyyah, Tanpa tahun). Tentang
riwayat hidupnya baca Ridhwan Muhammad Ridhwan, ‘’ Hayat al-Baladzuri’’, dalam ibid
[4] Margoliouth, Lectures on Arabic
Historyal, ( Delhi : Idarah-i adabiyyat-i Delli,1977), h. 112 dst.
[5] Kedua sejarahwan besar muslim ini secara lebih detail akan dibahas
khusu pada bab berikut.
[6] ‘Muqaddimah al-Nasyir’’ (
Pengantar Penerbit ), dalam al-Thabari, Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, ( Dar
al-Fikr, Tanpa tahun ), H. 16
[7] ‘Abd al-Aziz Salim, al-
Tarikh wa al-mu’arrikhun al-‘Arab, ( Beirut : Dar al- Nahdhah al-‘Arabiyyah,
1986), h 75; Franz Rosenthal, History of muslim Histotiography, (
Leiden: E. J. Brill,1968), h. 66-71
[8] Abd al-Aziz Salim, op.cit., h. 82
[9] Franz Rosenthal, op. Cit, ( Leiden: E.J. Brilln, 1968 ), h. 102
dan seterrusnya.