Eksistensi Pondok Pesantren Salafiah
Pada Masa Modern
Studi Atas Pondok Pesantren Rubat
Al-Muhibin Palembang
Disusun oleh: Surnanto (12420057)
Laporan Hasil Penelitian ke Pondok
Pesantren Rubat Al-muhibin Palembang dan Menyelesaikan Tugas Akhir MK Sejarah
Lisan
Dosen Pembimbing Dr. Nor Huda, M. A.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah
dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia khususnya di Sumbagsel begitu
jarang dibicarakan dan diangkat dalam pengetahuan perkembangan pendidikan Islam
di Indonesia. Seperti salah satu contoh dalam buku, Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A. Sejarah
Pendidikan Islam. Habullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,
hanya disebut secara umum bagaimana sejarah dan perkembangan pendidikan Islam
di Indonesia. Dalam buku lain seperti Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam
di Indonesia hanya disebut beberapa nama madrasah saja secara sepintas. dan
dalam buku Dr. Ismail, M. Ag. Madrasah dan Pergerakan Sosial Politik Di
Keresidenan Palembang 1925 -1942 hanya disebut beberapa nama madrasah yang
memiliki peran dalam perkembangan pendidikan di Sumbagsel. Padahal terdapat
banyak fakta sejarah pendidikan Islam yang menakjubkan di wilayah ini, yang
memiliki corak khas dalam penerapan tradisi pendidikan Islam di Sumbagsel.
Selain pendidikan
madrasah, masih sangat jarang juga kita jumpai buku-buku ataupun
tulisan-tulisan yang mengungkap bagaimana sejarah dan perkembang pondok
pesantren di Indonesia khusunya di wilayah Sumbagsel. Padahal pesantren-pesantren
di Sumbagsel memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran pengetahuan ajaran Islam.
Pendidikan pesantren
merupakan salah satu tradisi luhur dalam pendidikan dan pengajaran Islam di
Indonesia. Namun, secara historis, kita hanya tahu sedikit tentang asal-usul
lembaga ini. Bahkan kita tidak tahu kapan lembaga ini berdiri untuk pertama
kali. Kita hanya bisa menduga bahwa kemunculan lembaga pesantren terkait dengan
hak-hak istimewa yang dimiliki ulama pada masa kerajaan Islam.[1]
Sedangkan secara pedagogis (bersifat mendidik), pondok pesantren merupakan
lembaga pendidikan tradisional Islam yang bertujuan untuk memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral Islam sebagai
pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.[2]
Relevan dengan peran
pondok pesantren pada zamannya, fungsi pondok pesantren dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan lembaga
penyiaran agama. Dalam perspektif sosiologis, pondok pesantren meneguhkan
dirinya untuk tetap melakukan akomodasi dan penyesuaian dalam menghadapi arus
modernisasi dan globalisasi. Proses akomodasi dan penyesuaian itu dilakukan
pesantren tanpa mengorbankan esensi (mendasar) dan hal-hal dasar lainnya dalam
eksistensi pesantren. Hal ini relevan dengan sebuah diktum (ucapan) yang
berbunyi; “Al-Mufadhah ‘ala al-qadim al-shalih wa jaded al-ashlah”
artinya, melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru
yang lebih baik.[3]
Di
tengah arus perkembangan pesantren modern di Sumbagsel, saya melihat hal yang
unik dan patut untuk di angkat menjadi suatu tulisan dari salah satu pondok
pesantren yang berkembang di Sumbagsel khususnya di kota Palembang, yaitu
pondok pesantren Rubath Al-muhibin Palembang. Ponpes Rubath Al-muhibin
merupakan pesatren yang memiliki hal yang berbeda dari pondok pesantren yang
terus tumbuh dan berkembang di Sumbagsel, yaitu dengan memurnikan ajaran pondok
pesantren salafiah sepenuhnya.
Berdasarkan tinjauan dan
wawancara saya ke beberapa sumber pondok pesantren tersebut, pesantren ini
merupakan pesantren yang masih memegang teguh pendidikan “kitab kuning” sebagai
sumber utama dalam proses belajar dan mengajar, berbeda dengan pondok pesantren
salafiah pada umumnya. Jika. Melihat perkembangan pondok pesantren salafiah di
Sumbagsel seperti pondok pesantren Seribandung di Ogan Ilir (OI), pondok
pesantren Nurul Iman Ujung Tanjung di Banyuasin III, dan lain-lainnya. Beberapa
pondok pesantren salafiah tersebut sudah menambah dan mengkombinasikan antara
pelajaran kitab kuning dan pelajaran umum dalam kurikulumnya.
Sistem pendidikan pondok
pesantren Rubat Al-muhibin. para santri hanya dibagikan berdasarkan kelompok
tingkatan (tamhidi, tsanawiyah, aliyah) dengan metode mengajar halaqoh,[4]
dan masjid sebagai sentral utama kegiatan beajar dan mengajar. Dengan alasan
inilah saya tertarik untuk menggali informasi lebih jauh tentang sejarah dan
perkembangannya ponpes Rubath Al-muhibin Palembang. Tetapi, saya mohon maaf
jika didalam laporan ini masih terdapat kesalahan, baik itu dari segi tata
bahasa, analisis, penulisan, informasi maupun metode penelitian. Saya akan
menerima apapun bentuk saran dan kritik demi kemajuan laporan ini.
B. Rumusan Masalah.
- Pengertian pondok pesantren salafiah.
- Biografi dan sepak terjang dakwah Habib Umar Abdul Aziz bin Abdurrahman.
- Pondok pesantren Rubath Al-muhibin Palembang.
C. Manfaat
Semoga
bagi yang menulis dan membaca laporan hasil penelitian ini mampu mengetahui dan
memahami:
- Mengetahui dan memahami pondok pesantren salafiah.
- Mengetahui latar belakang tokoh Habib Umar bin Abdul Aziz.
- Mengetahui latar belakang berdiri dan berkembangnya pondok pesantren Rubath Al-muhibin.
- Mengetahui sistem pendidikan yang terapkan di pondok pesantren Rubath Al-muhibin
D. Tujuan
Dengan adanya tulisan
yang berjudul Eksistensi Pondok Pesantren Salafiah Pada Masa Modern Studi
Atas Pondok Pesantren Rubat Al-Muhibin Palembang kita mampu mengetahui, memahami
dan mengerti hakikatnya pondok pesantren salafiah dan bagaimana proses pondok
pesantren itu bisa tetap berkembang, sehingga masih mempertahankan tradisi
tradisional ditengah kemodern-an dan berkembangnya arus sistem pendidikan modern
atau sistem pendidikan kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pondok Pesantren Salafiah.
Pondok Pesantren Salaf, salafi atau salafiyah
adalah tipe pondok pesantren tradisional di Indonesia. Kebalikan dari pesantren
salaf adalah ponpes kholaf atau ashriyah (ponpes modern). Istilah salaf di sini
tidak ada hubungannya dengan gerakan pembaruan Islam garis keras Wahabi yang
kerap disebut dengan gerakan Wahabi Salafi.[5]
Kata salaf berarti dari bahasa Arab سلف secara literal bermakna yang dulu atau
yang sudah lewat. Dalam pengertian istilah pesantren di Indonesia, salaf
berkonotasi pada sebuah pesantren tradisional yang menganut sistem pendidikan
kuno yaitu sistem wetonan, bandongan dan sorogan. Beberapa
ciri khas dari pesantren salaf adalah:
- Adanya penekanan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning (kutub atturats - كتب التراث ) yang sering disebut dengan kitab gundul atau kitab kuning.
- Masih diberlakukannya sistem pengajian sorogan, dan wetonan, bandongan dalam proses egiatan belajar mengajar santri.
- Saat ini walaupun pesantren salaf memperkenalkan sistem jenjang kelas disebut juga dengan sistem klasikal. Namun, materi pelajaran tetap berfokus pada kitab-kitab kuning atau disebut kitab klasik.
- Umumnya hubungan emosional kiai dan santri di pesantren salaf jauh lebih dekat dibanding pesantren modern. Hal ini karena kiai menjadi figur sentral: sebagai edukator karakter, pembimbing rohani dan pengajar ilmu agama.
- Materi pelajaran umum seperti matematika atau ilmu sosial tidak atau sangat sedikit diajarkan di pondok salaf.
- Pondok Pesantren salaf yang murni tidak memiliki lembaga pendidikan formal SD/MI, MTS/SMP, SMA/MA. Apalagi perguruan tinggi yang kurikulumnya berada di bawah pemerintah via Kemdiknas/Diknas atau Kemenag/Depag. Kalau ada sekolah dengan jenjang MI, MTS dan MA biasanya memakai kurikulum sendiri. Sekolah semacam ini disebut dengan madrasah diniyah.
- Pondok pesantren salaf umumnya dipimpin oleh kiai yang secara kultural berafiliasi (mempunyai hubungan) ke organisasi NU (Nahdlatul Ulama) walaupun tidak otomatis ada keterikatan secara organisasi. Yang pasti tidak se-ide dengan kalangan Muhammadiyah atau Wahabi.
- Biaya pendidikan di pesantren salaf relatif murah. Dan jauh lebih murah dibanding pesantren modern. Tidak ada sistem daftar ulang. Dan tidak ada sistem seleksi. Semua santri yang ingin masuk ke pesantren salaf umumnya langsung diterima. Ini berbeda dengan pesantren modern.
- Akhlak yang santun. Pesantren salaf menekankan pada perilaku yang sopan dan santun terutama dalam berinteraksi dengan guru, orang tua dan masyarakat dan antara sesama santri.
- Pondok pesantren salaf sebagai lembaga pendidikan memiliki karakteristik atau ciri khas, yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lainnya. Sarijo dalam Sejarah Pesantren. mengatakan bahwa, pesantren memiliki unsur-unsur minimal:
- kiai yang mendidik dan mengajar;
- santri yang belajar; dan
- masjid.
Mujamil
Qomar, menganalisa bahwa, tiga unsur pesantren ini mewarnai pesantren pada awal
berdirinya atau bagi pesantren-pesantren kecil yang belum mampu mengembangkan
fasilitasnya. Lebih lanjut Mujammil mengatakan, unsur pesantren dalam bentuk
segitiga tersebut mendeskripsikan kegiatan belajar mengajar keislaman yang
sederhana. Kemudian pesantren mengembangkan fasilitas-fasilitas belajarnya
sebab tuntutan perubahan sistem pendidikan sangat mendesak serta bertambahnya
santri yang belajar dari kabupaten atau kota serta propinsi lain, yang
membutuhkan tempat tinggal. Berkenaan dengan hal tersebut, Zamakhsyari Dhofier,
mengatakan, ada lima unsur pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang
meliputi: masjid, pondok, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, santri dan kiai.
- Santri mukim, Santri mukim yaitu santri yang menetap,
tinggal bersama kiai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang kiai.
Dapat juga sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab atas
keberadaan santri lain. Menurut Nurcholis Madjid, santri mukim ialah
santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok
pesantren.
Menurut Zamakhsyari, ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim, yaitu: pertama, motif menuntut ilmu. Artinya, santri itu datang dengan maksud menuntut ilmu dari kiainya. Kedua, Motif menjunjung tinggi akhlak. Artinya, seorang santri belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di pesantren akan memiliki akhlak terpuji sesuai dengan akhlak kiainya.[6]
Jadi, Pesantren salafi, yaitu pesantren yang tetap
mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik, dan tanpa diberikan
pengetahuan umum. Model pengajarannya pun sebagaimana yang lazim diterapkan
dalam pesantren salaf, yaitu sorogan dan weton. Sorogan
adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seseorang atau beberapa orang
santri kepada kiainya untuk diajarkan kitab-kitab tertentu. Sedangkan weton adalah
pengajian yang inisiatifnya berasal dari kiai sendiri, baik dalam
menentukan tempat, waktu, maupun lebih-lebih kitabnya.[7]
Sedangkan istilah salaf ini bagi kalangan pesantren mengacu
kepada pengertian “pesantren tradisional” yang justru sarat dengan pandangan
dunia dan praktek islam sebagai warisan sejarah, khususnya dalam bidang syari’ah
dan tasawuf.[8]
B.
Biografi Dan Sepak Terjang Dakwah Habib Umar Abdul Aziz bin Abdurrahman.
Habib Umar begitulah sapahan masyarakat umum kepada habib
yang murah senyum tersebut, beliau adalah seorang pemuka habaib, alim ulama,
tokoh masyarakat Sumatera Selatan. Nama lengkapnya ialah Habib Umar Abdul Aziz
bin Abdurrahman bin Shihab. Ia dilahirkan di 8 Ulu Palembang, sekitar tahun
1959 M.
Habib Umar merupakan pendiri pondok pesantren salafiah Rubat
Al-Muhibin dan memiliki wawasan ilmu yang luas tentang Islam. Pendidikan pertamanya dimulai dalam keluarganya sendiri yang agamis, dibawah asuhan ayahnya Abdurrahman. Abdurrahman ayahnya, bukanlah seorang ulama’ ataupun seorang habaib. Namun, ayah beliau begitu taat dalam beribadah dan dekat dengan para ulama-ulama serta habaib-habaib pada saat itu. Selain mendapatkan pendidikan non-formal, habib Umar melanjutkan pendidikan Islamnya secara formal di pondok pesantren Ar-riyad di 13 Ulu Palembang sekitar tahun 1974 M. dan beliau merupakan salah satu santri pertama yang memondok di pesantren
Ar-riyad.[9]
Al-Muhibin dan memiliki wawasan ilmu yang luas tentang Islam. Pendidikan pertamanya dimulai dalam keluarganya sendiri yang agamis, dibawah asuhan ayahnya Abdurrahman. Abdurrahman ayahnya, bukanlah seorang ulama’ ataupun seorang habaib. Namun, ayah beliau begitu taat dalam beribadah dan dekat dengan para ulama-ulama serta habaib-habaib pada saat itu. Selain mendapatkan pendidikan non-formal, habib Umar melanjutkan pendidikan Islamnya secara formal di pondok pesantren Ar-riyad di 13 Ulu Palembang sekitar tahun 1974 M. dan beliau merupakan salah satu santri pertama yang memondok di pesantren
Ar-riyad.[9]
Setelah menempuh beberapa tahun di
pondok pesantren Ar-riyad. Sekitar tahun 1978 M, habib Umar melanjutkan jenjang
pendidikannya ke Rusaifa di Mekkah. Di Rusaifa beliau bermukim dan belajar
sekitar 8 tahun bersama seorang ulama’ hadits yang begitu terkemuka yang
bernama Sayyid
Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki. Sayyid Muhammad merupakan ulama’ hadits
bermazhab Maliki dan memiliki garis keturunan sampai ke Rosulullah SAW. Di
tempat belajar Sayyid Muhammad tersebut begitu banyak orang-orang Indonesia
yang belajar dan bermukim di sana termasuk habib Umar. Walaupun Sayyid Muhammad
bermadzhab Maliki namun ketika Sayyid Muhammad tahu orang-orang Indonesia yang
belajar kepadanya ialah bermazhab Syafi’i. Maka, beliau mendatangkan ulama’ yang paham akan
mazhab Syafi’i dari Mekkah, untuk mengajarkan para murid-muridnya termasuk habib
Umar Abdul Aziz tentang pemahaman madzhab Syafi’i. walaupun murid-murid Sayyid
Muhammad tersebut masih diberikan pelajaran madzhab maliki. Namun, itu hanya sebatas
wawasan atau penambah ilmu pengetahuan untuk murid-muridnya.
Pada
tahun 1986 M, Setelah habib Umar menuntut ilmu di Rusaifa Mekkah, dengan
menguasai berbagai ilmu pengetahuan Islam yang luas. Ia kembali ke Indonesia
dengan membawa ilmu yang telah dipelajarinya. Namun, diantara berbagai ilmu
yang dikuasai oleh habib Umar, beliau sangat menguawasai ilmu hadits dan
shiroh. Dan mulai berdagang dan berdakwah, pada tahun 2000 M beliau mulai
melebarkan sayap dakwahnya ke bidang pendidikan dengan mendirikan pondok
pesantren yang bernama pondok pesantrean Rubath Almuhibin di Palembang. Selain
itu, sebagian masyarakat Palembang habib Umar terkenal dalam ilmu faraidnya
(pembagian warisan) dan dengan izin Allah SWT beliau juga Insya Allah mampu
menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seseorang.[10]
Habib Umar Abdul Aziz
bin Abdurrhaman menguasai salah satu tarekat yang telah pelajarinya di Mekkah.
Yaitu tarekat Alawiyyin, tarekat Alawiyyin sama hal-nya dengan tarekat-tarekat ahli
sunnah wal-jama’ah lainnya seperti tarekat Naqsabandiyah, tarekat
Qadiriyah, dan tarekat Samaniyah. Namun, tarekat Alawiyin ini memiliki cara zikir
dengan gerakan tertentu dan menghidupkan kembali sunah Rosulullah SAW. Namun,
yang lebih ditekankan dan lebih difokuskan oleh tarekat Alawiyyin, yaitu
tentang tabiat Sunnah Rosulullah SAW (ketentuan dan ketetapan Sunah Rosulullah)
dan masalah tarbiyah hati (pendidikan hati, kebersihan hati dan kesungguhan hati).[11]
C. Pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
Pondok pesantren Rubath
Al-muhibin didirikan di Palembang pada tahun 2000 M oleh seorang habaib yang
bernama Umar Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Shihab atau sering disapa dengan
habib Umar. Ponpes Rubat Al-muhibin dibangun diatas tanah seluas 2 hektar yang
berada di Jl. Lebak Murni Kec. Sako Palembang. Terdiri dari santriwan dan
santriwati dengan lokasi yang berbeda, dan dibatasi tembok yang tinggi sehingga
tidak ada hubungan komunikasi sedikitpun antara santriwan dan santriwati.
Tujuan berdirinya ponpes Rubath Al-muhibin ini adalah untuk mencetak generasi
ulama-ulama yang siap untuk menyebarkan dakwah ditengah masyarakat.
Saat pertama kali
ponpes Rubath Al-muhibin dibangun oleh habib Umar, santri pada tahun 2001 ada
sebanyak 12 santriwan.[12]
Santriwati belum ada saat pertama kali ponpes ini berdiri. Karena santriwati
ponpes Rubath Al-muhibin Palembang baru ada sekitar tahun 2004 M.[13]
dan tahun 2011 sudah mencapai lebih dari 200 santri putra dan putri sampai saat
ini.[14]
Menurut keterangan dari
ustadz Syukri[15],
Saat pertama kali dan perkembangan awal pondok pesantren Rubath Al-Muhibin
dibangun, ponpes ini benar-benar dibangun dari titik nol dan penuh perjuangan:
“Pondok pesantren Rubat
Al-muhibin benar-benar dibangun dari titik nol oleh habib Umar dengan dibantu
dukungan dari keluarga maupun masyarakat sekitar. mertuanya yaitu habib
Abdullah Al-khaf. beliau sangat setuju dengan niat habib Umar untuk mendirikan
ponpes Rubat Al-muhibin sampai-sampai habib Abdullah Al-khaf menjual rukonya
untuk membantu habib Umar membeli tanah di Jl. Lebak Murni Kec. Sako Palembang
dengan luas 2 hektar. Selain itu juga masyarakat sekitar ikut berpartisipasi secara
tenaga dalam pembangunan awal ponpes Rubath Al-muhibin dengan bergotong royong
membangun fasilitas seperti Masjid yang berada dikomplek ponpes Rubath
Al-muhibin. Bila melihat konsidi sekitar saat pertama kali dibangun ponpes ini masih
daerah perkebunan, jalan akses ke pondok pesantren Rubat Al-muhibin masih dalam
katagori memperhatinkan dengan tanah becek diruas jalan dan genangan air
dibadan jalan sehingga akses menuju ponpes susah dialui saat menuju ke pondok
pesantren Rubat Al-muhibin, gambaran kondisi jalan tersebut saat ini pun masih sedikit
bisa dirasakan. Selain itu, air bersih untuk kegitaan sehari-hari santri masih
memanfaatkan sumur karena air bersih atau PAM belum masuk dan sampai listrik
pun masih belum ada pada saat saat pembangunan awal ponpes Rubath Al-muhibin
ini.”[16]
Dalam beberapa tahun
terakhir ini, seperti pada akhir tahun 2014 M, ponpes Rubath Al-muhibin mulai
mendapatkan berbagai donatur untuk tahap membangun berbagai gedung. Seperti
gedung kelas ataupun fasilitas lainnya. Walaupun donator-donator tersebut tidak
tetap dalam memberikan dana, baik dari segi ketepatan waktu ataupun nominal.
Menurut ustadz Sukri, hal tersebut sudah lebih dari cukup.[17]
Saat penerimaan santri
baru dilaksanakan tidak seperti pondok pesantren pada umumnya yang mengikuti
aturan pemerintah dalam menentukan pemulaan pelaksanaan kegiatan belajar dan
mengajar ataupun kegiatan akademik. Sedangan ponpes Rubath Al-muhibin memiliki
ketentuan tersendiri dan managemen sendiri.
Pengurus ponpes Rubath
Al-muhibin, melaksanakan penerimaan santri baru tersebut sesuai dengan kalender
Islam, yaitu awal bulan Syawal. Dengan membatasi kuota santri yang diterima
diponpes Rubath Al-muhibin sekitar 30-35 santriwan dan santriwati pertahun,
pembatasan kuota tersebut bukan tidak ada sebabnya. Faktor fasilitias baik
asrama ataupun kelas yang tidak memadai membuat Rubath Al-muhibin tidak bisa
menampung lebih banyak santri setiap tahunnya. Selain itu juga, syarat masuk
ponpes Rubath Al-muhibin memiliki dua syarat utama. Pertama, santri sudah bisa
membaca Al-qur’an, jika calon santri tidak mampu untuk membaca Al-qur’an atau
masih dalam katagori iqro’ maka sudah dipastikan calon santri tersebut
tidak akan bisa diterima di ponpes Rubath Al-muhibin. Kedua, calon santri baru
harus siap dan mampu untuk hidup mandiri, karena saat calon santri diterima di
ponpes Rubath Al-muhibin, santri wajib bermukim atau menginap di ponpes Rubath
Al-muhibin.[18]
Ketika para
santri-santri di pondok pesantren modern ataupun salafiah modern lulus dengan
batasan waktu seperti Ibtidaiyah 6 tahun, melanjutkan Tsanawiyah 3 tahun, dan
Aliyah 3 tahun. Setelah itu santri mendapatkan ijazah dan bisa melanjutkan
pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi atau langsung bekerja di
perusahan-perusahan, instansi-instansi maupun industri-industri. Sedangankan,
para santri-santri ponpes Rubath Al-muhibin tidak diajarkan untuk mengejar
Ijazah atau hal lainnya. Mereka dididik di ponpes Rubath Al-muhibin murni
benar-benar untuk mencari ilmu dan mengamalkan ilmu, setelah itu menyebarkan
dan mempraktikkan ilmu tersebut ke masyarakat. Dengan kata lain, ponpes ini
menciptakan kader-kader ulama yang siap menyebarkan ajaran Islam dikalangan
masyarakat. Seperti yang diungkapan oleh ustadz Sukri:
“Tidak ada ijazah resmi jika para
santri sudah selesai tamat dari pondok pesantren Rubath Al-muhibin ini. Mereka
hanya diberikan Ijazah yang dibuat oleh pengurus pondok pesantren Rubath Al-muhibin
saja (surat keterangan), bahwa mereka telah selesai atau lulus mengikuti
pendidikan dan pengabdian di pondok pesantren Rubath Al-muhibin. Di ponpes ini
mereka hanya dididik untuk mencari ilmu-ilmu Islam dan mengamalkan ilmu
tersebut seperti syariat Islam, Akhlak, ataupun ilmu alat (tausiah, khubat,
dll). Tanpa mengharapkan Ijazah resmi dari pemerintah. Karena di ponpes Rubath
Al-muhibin ini diajarkan pelajaran pondok saja tidak mata pelajaran umum.
Seperti Biologi, Fisika, Matematika, Kimia, atau ilmu lainnya, mata pelajaran
tersebut tidak dipelajari di pondok pesantren Rubath Al-muhibin.”[19]
Saat
semua orang mengharapkan bisa mempunyai atau memiliki Ijazah untuk melanjutkan
jenjang pendidikan selanjutnya atau bekerja. Dengan niat untuk menyebarkan
syiar Allah SWT, pondok pesantren Rubath Al-muhibin memiliki niat untuk
mencetak generasi-generasi ulama yang nantinya mampu menyebarkan ilmu keislaman
di tengah masyarakat maupun daerah-daerah Sumbagsel seperti Jalur (Banyuasin
III) maupun daerah lainnya.[20]
Ijazah resmi sempat digunakan
sekitar tahun 2011 M atau 2012 M, dengan mengikuti ujian peserta Ijazah paket
C. Namun, program tersebut pakum karena santri harus belajar pelajaran umum dan
pelajaran pondok pada waktu yang bersamaan. Karena takutnya santri tidak fokus
lagi kepelajaran pondok, maka program itu dihentikan.[21]
Sistem
pendidikan di pondok pesantren Rubath Al-muhibin Palembang. Metode yang diterapkan
kepada santri-santri, yaitu menggunakan metode holaqoh.[22]
Metode holaqoh menurut Muljono Damopoli ialah suatu kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang ustadz atau kiai dengan cara duduk
dihadapan santrinya sambil membacakan materi kitab. Dengan duduk dalam bentuk
setengah lingkaran dan bersaf-saf yang ustadz senantiasa berusaha membacakan
isi kitab, kata per-kata atau kalimat per-kalimat lalu menerangkannya dalam
bahasa arab atau bahasa tertentu lainnya.[23]
Dalam
penerapan kurikulum kepada para santri-santri. Pengurus ponpes Rubath
Al-muhibin menggunakan kurikulum tersendiri, kurikulum yang diterapkan, yaitu
ta’lim (belajar), ibadah, dan dakwah. Tiga hal tersebut dijadikan pondasi dasar
dalam menerapkan metode pembelajaran di ponpes Rubath Al-muhibin. Santri
mencari ilmu dengan cara ta’lim (belajar), ketika santri mendapatkan
ilmu, maka santri mengamalkan ilmu tersebut dengan ibadah, dan setelah itu santri
menyampaikan ilmunya dengan dakwah.[24]
“Ta’lim, ibadah, dan dakwah
merupakan kunci pelaksanaan metode belajar dan penerapan dalam proses belajar
dan mengajar di ponpes”
Kegiatan santri dimulai
sebelum azan subuh berkumandang, santri diwajibkan untuk melaksanakan wirid dan
zikir bersama didalam masjid. Jika waktu subuh tiba santri melaksanakan pengajian
kitab dasar yang tidak terlalu berat atau susah[25]
yang bisa diterima seluruh santri. Kegiatan tersebut berlangsung sampai matahari terbit.
Setelah matahari
terbit, santri pulang keasrama, untuk melakukan kegiatan mandi dan makan pagi.
Ketika jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, santri sudah harus diwajibkan untuk
kumpul di lapangan, untuk melaksanakan apel pagi, disaat apel santri diberikan
arahan dan pengumuman. Setelah apel pagi selesai, santri bubar dengan rapi menuju
menuju masjid, dan ketika santri sudah berkumpul didalam masjid, santri mulai
duduk halaqoh sesuai degan tingkatan ilmu yang dimiliki santri, kegiatan
tersebut berlangsung sampai sebelum datangnya azan zhuhur atau sekitar 30 menit
sebelum datangnya azan.[26]
Setelah itu santri mempersiapkan dirinya kembali untuk salat zhuhur berjamaah.
Santri
diwajibkan berkumpul kembali didalam masjid sekitar kurang lebih 15 menit untuk
melaksanakan wirid dan zikir bersama serta salat zhuhur berjamaah. setelah
melaksanakan salat berjamaah. Santri dipersilahakan untuk melaksanakan aktivitasnya
masing-masing. Seperti, beristirahat,
mencuci baju, ataupun kegiatan lainnya.
Ketika sebelum datngnya
salat ashar, santri diperingatkan untuk bersiap-siap untuk melaksanakan zikir
dan wirid didalam masjid serta salat ashar berjamaah. Setelah para santri
selesai melaksanakan salat ashar, santri melaksanakan roha (pengajian
yang umum) sekitar 45 menit dengan hari yang telah ditentukan. Setelah itu
santri dipersilahkan untuk melaksanakan aktivitasnya masing-masing. Dan
menjelang magrib, santri diwajibkan kumpul dimasjid kembali untuk melaksanakan
wirid dan zikir serta salat magrib berjamaah. Setelah salat magrib, santri di
berikan kesempatan untuk menghafal Al-qur’an di masjid sampai waktu Isya.
Sebelum menjelang salat
Isya santri kembali wirid dan zikir serta melaksanakan salat Isya berjamaah, setelah
santri-santri melaksanakan salat Isya berjamaah. Mareka dipersilahakan untuk
istirahat diasrama masing-masing. Karena waktu tengah malam atau sepertiga
malam, santri di himbau untuk melaksanakan dan menegakkan solat malam berjamaah.[27]
Kegiatan atau aktivitas
itu berlangsung setiap hari kecuali pada hari yang tertentu dengan kegiatan
yang tertentu juga. Seperti hari Senin Selasa Rabu Kamis (kegiatan pondok
umunya), Jumat (libur), Sabtu (kegiatan pondok pada umunya), Minggu (libur
tetapi santri diwajibkan setoran hafalan Al-qur’an).
Diantara
kitab yang dipelajari di ponpes Rubath Al-muhibin, yaitu Nahwu dan Shorof (seperti:
Mukhtasr jiddan, Kailani, Amsila Tasyrif, Matan Jurumiah, dan Matan
Bina’), Hadits (seperti: Riadhus Sholihin dan Bulughul Marom),
Fiqih (seperti: Fathul Mu’in, Fathul Qorib, dan Taqrib), Tafsir
(seperti: Tafsir Showi), Ushul Fiqh (seperti: Al-bayan dan Al-waraqat).
Untuk
akhir tahun 2014 M, ponpes Rubath Al-muhibin, terus melaksanakan pembangunan
gedung sekolah atau fasilitas lainnya, untuk menunjang kemajuan ataupun
meningkatkan daya tampung santri-santri ponpes Rubath Al-muhibin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pondok
pesantren Rubath Al-muhibin merupakan salah satu pondok pesantren yang
menerapkan sistem salafiah murni ditengah arusnya kemodernan sampai sekarang
ini. Tigal hal dasar yang diterapkan habib dan para ustadz ponpes Rubath
Al-muhibin dalam sistem belajar dan mengajar, diantaranya; ta’lim (belajar),
ibadah, dan dakwah. Ponpes Rubath Al-muhibin didirikan pada tahun 2000 M oleh
habib Umar Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Shihab di Jl. Lebak Murni Kec. Sako
Palembang, yang terdiri dari santriwan dan santriwati.
Ponpes
Rubath Almuhibin saat awal berdiri hanya mempunyai 12 santri putra yang
memondok di ponpes ini, karena pada saat itu belum dibangun ponpes santriwati,
pada tahun 2004 M habib Umar mulai mendirikan ponpes santriwati. setelah
berjalannya sampai tahun akhir 2014 M, ponpes Rubath Al-muhibin telah memiliki
santri kurang lebih 200 orang yang terdiri dari santriwan dan santriwati.
Santriwan dan santriwati memiliki tempat yang berbeda dalam melaksanakan
kegiatan aktivitasnya.
Diantara kitab yang
dipelajari di ponpes Rubath Al-muhibin, yaitu Nahwu dan Shorof (seperti: Mukhtasr
jiddan, Kailani, Amsila Tasyrif, Matan Jurumiah, dan Matan Bina’),
Hadits (seperti: Riadhus Sholihin dan Bulughul Marom), Fiqih
(seperti: Fathul Mu’in, Fathul Qorib, dan Taqrib), Tafsir
(seperti: Tafsir Showi), Ushul Fiqh (seperti: Al-bayan dan Al-waraqat).
Lampiran I :
BIODATA NARASUMBER
1.
NARASUMBER PERTAMA
Nama : Syukri
Jabatan : Wakil Ketua Bagian Pendidikan
Status :Sudah Menikah

No.
Hp. :081995151812
2. NARASUMBER KEDUA
Nama :
Azwan
Jabatan : tenaga pengajar atau ustadz.
Status :Sudah Menikah

No.
Hp. :081532716055
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Huda
Nor. 2013. Islam Nusantara. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Zainuddin
Hendra & Tuwah Muhammad. 2013 Sejarah
Forum Pondok Pesantren
Sumatera Selatan (FORPESS). Yogyakarta: Forpess bekerja sama dengan
Ar-Ruzza Media.
Sumatera Selatan (FORPESS). Yogyakarta: Forpess bekerja sama dengan
Ar-Ruzza Media.
Website:
http://www.wahidah01.blogspot.com./2009/04/halaqoh-suatu-sistem-pembelajaran.html
[1]Nor Huda, Islam
Nusantara, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013) hal. 377.
[2]Hendra Zainuddin
dan Muhammad Tuwah, Sejarah Forum Pondok Pesantren Sumatera Selatan
(FORPESS), (Yogyakarta: Forpess bekerja sama dengan Ar-Ruzza Media, 2013),
hal. 27.
[4]santri
membuat beberapa lingkaran dengan duduk lesahan dan dipimpin oleh ustadz
ditengah-tengahnya sebagai guru mereka
[5]http://www.alkhoirot.net/2011/09/pondok-pesantren-salaf.html
Diakses pada hari Rabu, 17 Desember 2014 Pukul 23:37 WIB di Palembang.
[6]http://www.alkhoirot.net/2011/09/pondok-pesantren-salaf.html
Diakses pada hari Rabu, 17 Desember 2014 Pukul 23:37 WIB di Palembang.
[7]http://wwwmakalahpendidikan-irfawaldi.blogspot.com/2012/04/pesantren-salafiyah-dan-pesantren.html
Diakses pada hari Rabu, 17 Desember 2014 Pukul 23:40 WIB di Palembang.
[8] Ibid.
[9]Wawancara dengan
ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[10]Wawancara
dengan ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[11]Wawancara dengan
ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[12]Wawancara
dengan ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[13]Wawancara dengan
ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang. Informasi lebih lanjut tentang santriwati ustadz Sukri kurang memahami.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang. Informasi lebih lanjut tentang santriwati ustadz Sukri kurang memahami.
[14]http://www.skuglobalpost.com/2011/10/pondok-pesantren-rubath-al-muhibbien.html
Diakses pada hari Senin, 15 Desember 2014, pukul 22:10 WIB.
[15]Ustadz
Sukri merupakan wakil pengurus yayasan ponpes Rubath Al-muhibin dalam menjalankan
ataupun bertanggung jawab atas pondok pesantren Rubath Al-muhibin Palembang.
[16]Wawancara dengan
ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[17]Wawancara dengan
ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[18]Wawancara
dengan ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[19]Wawancara dengan
ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[20]
Wawancara dengan ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[21]Wawancara dengan
ustadz Azwan pada tanggal 11 Desember 2014 Pukul 17:30 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[22]Wawancara dengan
ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[23]wahidah01.blogspot.com./2009/04/halaqoh-suatu-sistem-pembelajaran.html Diakses pada
hari Kamis, 25 Desember 2014, pukul 15:14 WIB.
[24]Wawancara dengan ustadz Syukri
pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB di pondok pesantren Rubat
Al-muhibin Palembang.
[25]Berat
dimaksudkan dalam pengkajian kitab tersebut tidak terlalu sulit atau mudah
dipahami.
[26]Wawancara
dengan ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
[27]Wawancara
dengan ustadz Syukri pada tanggal 16 Desember 2014 Pukul 08:43 WIB
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.
di pondok pesantren Rubat Al-muhibin Palembang.